September Kelabu
Semingguan ini nangis mulu tiap
hari. Apalagi tiap ke kamar mandi. Udah 2 kali aja naro gunting di atas urat
nadi. Tapi untungnya gaada nyali, jadi ga dilakuin. Kemudian selalu berakhir
dengan meluk diri sendiri sambil ngomong berulang kali, “Gapapa, gapapa,
gapapa.”
Begitulah bunyi cuitanku di twitter pada 25 September 2020, tepat sehari sebelum ulang tahunku yang ke-delapan belas. Tidak lama setelah itu, beberapa temanku langsung menanyakan keadaanku dan menyemangatiku. Bahkan, empat orang temanku berkomplot mengirimkanku makanan dengan secarik kertas berisikan kekhawatiran mereka terhadapku yang tidak lupa diiringi dengan umpatan. Mereka mengirim itu tanpa sepengetahuanku. Mama yang pertama kali menerima kiriman makanan itu. Ketika tiba-tiba seorang driver ojek online datang mengantarkan makanan ke rumah, keluarga kebingungan. Ini dari siapa? Perasaan keluargaku tidak ada satu pun yang memesan makanan. Aku pun membaca tulisan di secarik kertas tersebut dan langsung menyadari kalau itu merupakan kiriman dari keempat temanku.
Aku : (Senyum-senyum sendiri membaca tulisan di kertas tersebut)
Mama : “Dari siapa?”
Aku : “Biasa, (menyebutkan nama mereka satu-persatu).”
Mama : “Oh… Dalam rangka apa?”
Aku : “Nggak tahu, mungkin karena besok Nda ulang tahun.”
Aku
bergegas ke kamar. Menangis. Aku paham betul mereka mengirimkan itu tidak ada
hubungannya sama sekali dengan ulang tahunku esok hari, tapi karena isi
cuitanku yang cukup mengkhawatirkan tadi.
Sejak
awal September aku merasa menjadi lebih emosional. Lebih mudah tersinggung,
sedih, sering cemas, dan rasanya selalu ingin menangis walau hanya karena
hal-hal sepele. Intinya, tiada hari tanpa suasana hati yang hancur. Aku sendiri
juga tidak paham apa yang sebenarnya terjadi padaku. Setelah kuingat-ingat
lagi, ternyata beberapa tahun belakangan setiap menjelang ulang tahun, aku
memang selalu merasa seperti ini. Kalau tidak salah ingat, sejak ulang tahunku
yang ke-12? Seingatku saat itu aku masih kelas 6 SD. Mama memasak nasi dan ayam
bakar untuk acara makan-makan di rumah. Bukannya senang, seharian itu suasana
hatiku justru sangat hancur.
Saking
stress-nya aku pada September tahun
lalu, wajahku sampai mengalami breakout
yang cukup parah. Terparah yang pernah kualami. Sepertinya hormonku terlalu
peka. Entahlah. Aku mencoba mencari di internet, penasaran apakah
perasaan-perasaan negatif yang biasa aku rasakan menjelang ulang tahun ini
adalah sesuatu yang wajar atau bukan? Bertemulah aku dengan istilah yang baru
kudengar: birthday blues atau birthday depression.
Birthday blues atau birthday depression merupakan kondisi di mana seseorang merasa tidak senang dan justru sedih di hari ulang tahunnya. Aku tidak serta-merta asal mendiagnosis diriku sebagai seseorang yang mengalami birthday blues ini, hanya saja beberapa gejalanya persis seperti apa yang selama ini kurasakan.
- Merasa sedih dan tidak tahu cara mengatasi kesedihan tersebut.
- Perasaan paranoid ringan atau cemas sebelum hari ulang tahun.
- Kehilangan kepercayaan diri atau harga diri.
- Kesulitan tidur dan kehilangan napsu makan.
- Cenderung menghindari kontak dengan orang, termasuk keluarga dan teman.
- Ketidakmampuan untuk berhenti memikirkan hari ulang tahun.
- Munculnya pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan bunuh diri menjelang ulang tahun.
Bedanya,
kalau birthday blues disebutkan tidak
antusias pada hari-hari menjelang ulang tahun, aku justru selalu menantikan
ulang tahunku. Merasa excited tetapi
juga cemas di saat yang bersamaan. Apa yang aku alami tahun lalu cenderung
lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Aku bahkan sampai memiliki pikiran
untuk mengakhiri hidupku.
Beberapa
hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami birthday blues yang aku rasa sesuai denganku, yaitu:
- Bertambah tua. Setiap kali berulang tahun, aku menyadari bahwa diriku semakin bertambah tua. Kecemasan akan masa depan, kehidupan orang dewasa yang menakutkan, dan semakin bertambahnya tanggung jawab yang harus kupikul terus menerus menghantuiku.
- Ekspektasi yang terlalu tinggi. Terkadang aku merasa kecewa karena ekspektasi tentang bagaimana ulang tahunku akan dirayakan dan apa yang aku harap kudapatkan di hari ulang tahunku tidak sesuai atau terpenuhi.
- Banyaknya harapan yang belum tercapai. Ulang tahun membuatku mengingat-ingat kembali pencapaian apa yang sudah berhasil kuraih dan apa yang belum. Sering kali hal-hal yang belum bisa tercapai itu membuatku merasa menjadi manusia yang gagal dan tidak berkembang. Ketidakpuasan tersebut membuatku semakin tertekan.
Kalian
pernah menonton K-drama berjudul ‘Reply 1988’?
Jika
pernah, barangkali kalian masih mengingat episode di mana Ayah dari Kim Jung
Hwan yang diperankan oleh aktor Kim Sung-kyun menjadi sangat murung di hari
ulang tahunnya. Padahal, pada hari-hari biasa dia sangat ceria dan konyol. Dia
selalu menjadi orang yang mencairkan suasana. Setelah melewati hari ulang
tahunnya, dia kembali seceria sebelumnya. Ketika menonton itu, aku merasa
seperti melihat diriku sendiri.
Kalau
dipikir-pikir, aku termasuk sangat beruntung. Masih ada orang-orang yang
mengingat ulang tahunku dan bahkan hampir selalu ada kejutan yang kudapatkan di
hari itu. Tetapi sepertinya perasaan-perasaan negatif yang kurasakan itu
datangnya dari diriku sendiri. Buktinya aku tetap kalut meski selalu dihujani
cinta di hari spesialku itu. Bagaimana jika tidak ada satu pun orang yang
mengingatnya, ya? Aku tidak sanggup membayangkan akan sekalut apa diriku.
Terlepas
dari semua itu, aku juga merasa bahagia. Senyum yang terukir di wajahku ketika
diberi ucapan dan sebagainya bukanlah sebuah senyuman palsu yang dibuat-buat.
Itu benar-benar senyum tulus karena merasa bahagia sekaligus bersyukur.
Bersyukur ternyata masih ada orang-orang yang peduli terhadapku.
Ngomong-ngomong,
aku memutuskan untuk menulis cuitan seperti yang di awal karena sebenarnya saat
itu aku sudah tidak sanggup mengatasi semuanya sendirian. Aku berusaha mencari
pertolongan, namun tidak tahu kepada siapa dan bagaimana aku harus meraih orang
tersebut. Bisa dibilang, cuitan itu ibarat umpan yang sengaja kulempar dengan
harapan akan ada orang terdekat yang menggigitnya dan menolongku.
Begitulah.
Semoga ke depannnya jika aku kembali berada di fase seperti itu, aku bisa
berterus terang dan meminta pertolongan kepada orang-orang terdekatku. Lantas
sedalam apapun pikiran-pikiran gelap yang datang, aku tetap bisa berenang dan
tidak tenggelam.
kamu keren, din
BalasHapuskamu keren, din
BalasHapus*peluk*
BalasHapusRasa takut emg parasit paling susah di cabut dari tubuh orang yaaa, gimanapun asal ada harapan hidup bakal mudah buat dilanjutin. Selalu berdoa jadi yang terbaik buat motivasi diri. Lo keren banget Din. Bahkan dengan cerita rasa takut dan kisah lain nya Lo bikin kekuatan buat yang baca. Semangat selalu. Luplup -ita
BalasHapus🖤
HapusDINDAAAA,
BalasHapuswaktu kita kelas 11, kita takut ngelihat kelas 12 yang sibuk dan ujian terus-menerus. pas kita kelas 12, ya bener sih susah, tapi akhirnya bisa dilalui kan? jangan takut mendewasa. it's gonna get harder, sure, tapi diri lo juga makin tough dan cerdas menghadapi semuanya.
also, dont worry about expectations. jalani aja satu satu yang harus dijalani, lama-lama you'll get there. sekarang setelah berlelah-lelah di kelas 12, kamu juga masuk perguruan tinggi yg kamu mau kan? that's an awesome achievement. :)
alyaaa, gue mau lo baca komen lo yg ini lagi. i know you're having a hard time belakangan ini, kan? kata-kata lo selalu berhasil nguatin gue, gue harap itu juga bisa berlaku buat lo. mangats <3
Hapusyaakkk karena lagi kosong kelas, jadi marathon bacaa wwkwk karena lagi buka twt dan pencet link ini. ini juju setelah dibaca lagii menambah ilmu bgt. sebenarnyaa sampe perasaan begini belum pernah, kadanng cuman takut gaada yang ingett wkwkw. tapi makin dewasaa emg makin banyak ajaa beban pikiran nyaaa yaaaa. rasanyaa jadi harus lebih banyak mikir bikin pala capek ajaa. senyum dan bahagiaaa terusss din semogaa besok suatu hari lo lebih ngerasa seneng untuk hidup dan relax sama semua step kehidupan muuu. luplup
BalasHapusheihei aries, gaperlu takut. gue inget kok, hoho.
Hapus