Jernih

 


1 Januari 2025

Katanya, setiap orang memiliki keberuntungannya masing-masing dalam hidup. Selama ini aku menyadari bahwa keberuntungan di hidupku salah satunya adalah dalam hal pertemanan. Alhamdulillah, aku selalu dikelilingi oleh teman-teman yang sangat baik. Mereka selalu ada di belakang badanku, mendukung impian-impian dan segala hal yang kulakukan demi merasa bahagia, juga bersedia menjadi tempat persinggahan ketika aku sedang tidak dalam keadaan yang baik. Mereka ada di sana, menemani dan menjagaku dari belenggu keterpurukan. Sederhananya, aku merasa diterima. Aku sangat menyayangi mereka.

Aku sadar, bertemu dengan orang-orang yang tulus menyayangi kita itu bukan hal yang mudah. Jadi, sebisa mungkin aku menjaga mereka untuk tetap ada di hidupku. Selama mungkin. Cukup banyak di antaranya yang sudah berteman denganku selama lebih dari 8 tahun, bahkan hingga belasan tahun. Aku sangat sangat bersyukur atas hal tersebut. Tapi, sepertinya Tuhan hendak mengingatkanku kalau segala hal yang ada di hidup ini hanya lah titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil dan hilang begitu saja. Di tahun 2024, untuk pertama kalinya aku merasakan kehilangan dua teman dekat sekaligus. Dengan cara yang tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya. Akar masalah yang kurang lebih sama, menyia-nyiakan salah satu hal paling krusial dan sensitif untukku pribadi: rasa percaya.

Hal yang peling membuat semuanya terasa sangat menyakitkan adalah aku sayang mereka. Jadi, aku memilih untuk membenci keduanya karena kupikir itu bisa mengurangi rasa sakit yang aku rasakan. Namun, ternyata benci juga sebuah perasaan yang memiliki beban besar. Ia perlahan menggerogoti hatiku dan membuatku merasa sangat busuk. Berita buruknya, terlepas dari itu semua, aku masih menyimpan perasaan sayang untuk mereka. Mungkin skalanya sudah jauh lebih kecil dari sebelum semua ini terjadi, tapi perasaan sayang itu masih ada di sana. Bagaimanapun, mereka pernah menjadi orang-orang yang selalu ada untukku. Orang-orangnya boleh pergi, tapi kebaikan hati mereka di masa lalu itu yang selamanya akan tersimpan dengan baik di hatiku. 

Maka dengan bergantinya tahun, aku berharap bisa benar-benar merelakan dan menerima segala hal yang pernah terjadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memori Baik dari Masa Putih Abu-Abu

September 2002: Dunia Menyambut Kelahirannya

Am I Good Enough?