Memori Baik dari Masa Putih Abu-Abu



Banyak orang bilang, masa SMA adalah masa yang paling indah. Paling membahagiakan. Bagiku pribadi, masa SMA bukan lah masa yang 'paling' indah, namun tetap memiliki kesan dan tempat tersendiri di hatiku. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua orang yang telah terlibat di dalamnya; Guru Geografi yang membukakan jalan menuju impian dan kehidupan kuliahku, Guru PKN yang sangat suportif (guru terbaik dan terkeren yang pernah kukenal!), teman-teman satu angkatan di organisasi yang kuikuti, beberapa teman satu kelas yang banyak membantuku selama sekolah, dua teman belajar saat aku memutuskan lintas jurusan untuk UTBK, serta keempat teman dekat yang paling banyak membuatku tertawa dengan lelucon-lelucon mereka yang sering kali tidak masuk akal itu. 

Hingga detik ini, aku masih berhubungan baik dengan mereka semua. Meski jarang bertemu, bahkan ada yang sudah tidak pernah bertemu lagi denganku, kami masih sesekali saling menunjukkan keberadaan dan dukungan lewat hal-hal kecil di media sosial. Seperti mengucapkan ulang tahun dan memberikan reaksi terhadap pencapaian maupun life update masing-masing. Ini fungsi dari media sosial yang kusukai. Mendekatkan yang jauh. Menyirami berbagai hubungan agar tetap hidup dan terus bermekaran. Walau tidak ada interaksi sekali pun, aku akan tetap menyambut dan mengenang mereka sebagai kenangan baik dari masa putih abu-abuku.

Pada tulisan kali ini, aku ingin menceritakan tentang keempat teman dekat yang kukenal sejak pertengahan tahun 2018, tepatnya saat aku duduk di bangku kelas 10 SMA. Dua orang perempuan dan laki-laki. Aku akan memperkenalkan mereka satu persatu: 

1) Dia juga merupakan teman SMP-ku, namun saat SMP kami tidak dekat sama sekali, hanya saling mengenal. Saat ini dia berkuliah di kota yang sama denganku, jadi kami cukup sering bertemu. Dia adalah teman yang bisa kuajak bepergian ke mana pun karena kami sama-sama menyukai jalan-jalan--khususnya wisata alam, dan memiliki selera makanan yang kurang lebih sama, sehingga kami juga mencoba berbagai makanan di Jogja. Bisa dibilang, dia adalah kontak daruratku selama di sini (selain keadaan seperti sakit secara fisik karena posisi kos kami yang cukup berjauhan). Terhitung sudah tiga kali dia menemani saat aku mengalami kejadian-kejadian paling menyakitkan dan mengejutkan dalam hidupku, bahkan pernah langsung datang dan menginap di kosku karena tahu aku sangat butuh ditemani. Aku sangat senang melihat dia menjalani hidupnya dengan baik, bagaimana dia selalu menyempatkan diri untuk bersenang-senang dengan menjelajahi berbagai tempat dan menghadiri konser maupun pertemuan dengan idolanya. 

2) Teman perempuan lainnya adalah chairmate-ku selama kelas 11. Dia adalah salah satu orang yang paling berjasa dalam hidupku. Dia menjadi partner saat aku pertama kali mencoba membuat film pendek--yang pada akhirnya membantuku untuk diterima di jurusan dan kampus yang kuimpikan. Tanpanya, keseharianku di kelas tidak akan semenyenangkan itu. Kegiatan kami seperti diam-diam makan bekal di tengah-tengah jam pelajaran karena kelaparan, tidur siang di kelas, membuat vlog random, berbicara tentang berbagai topik, dan banyak hal lainnya menjadi pengisi hari-hariku selama kelas 11 yang hanya setengah tahun offline itu akibat COVID-19. Dia juga menjadi orang yang ada untukku di saat-saat aku dalam keadaan yang tidak baik. Aku masih sangat ingat dengan surat dan macaroon yang dia berikan kepadaku saat kami sedang foto buku tahunan satu kelas. Itu adalah macaroon pertamaku! Aku masih menyimpan suratnya sampai sekarang. Aku selalu bangga melihat semua proses yang dia lalui hingga saat ini. Meski tidak semua hal berjalan sesuai dengan yang dia inginkan, aku harap dia selalu berada di tempat yang tepat untuknya.

3) Saat baru saja mengalami kejadian-kejadian paling "gong" dalam hidupku, aku ingin segera menceritakan padanya secara langsung. Aku sangat menantikan reaksinya terhadap ceritaku karena benar-benar terasa real dan menghibur! HAHA. Untukku yang terlalu menggunakan perasaan dalam menghadapi berbagai situasi, aku membutuhkan teman yang blak-blakan sepertinya sebagai penyeimbang. Walaupun sambil protes, dia tetap mau melakukan berbagai hal untuk kami. Mungkin dia tidak menyadari ini, tetapi menurutku dia memiliki kesabaran yang cukup besar. Sejujurnya, aku paling tidak menyangka bisa dekat dengannya karena dulu aku merasa dia sulit untuk didekati, tapi ternyata dia adalah teman yang sangat baik. Tidak heran jika di perkuliahan pun dia punya banyak teman (aku ikut senang!). Aku harap segala hal berjalan baik untuknya, terutama yang terdekat adalah pengerjaan Tugas Akhirnya. 

4) Di antara kami semua, dia adalah si extrovert yang selalu berhasil mencairkan suasana. Aku suka dengan energi positif yang dia berikan kepada orang-orang di sekitarnya. Setiap kali sedang bertemu dengannya, aku menjadi orang yang paling bahagia dan banyak tertawa di dunia ini. Lelucon yang dia lemparkan selalu terdengar lucu dan masuk dengan selera humorku. Tidak jarang pipi dan perutku sampai terasa sakit karena terlalu banyak tertawa. Dia adalah orang yang paling excited membantuku dalam membuat film pendek saat SMA. Selama kuliah, dia menjadi orang yang kuceritakan lebih dulu tentang beberapa hal karena aku membutuhkan perspektifnya. Walaupun hanya lewat chat atau telepon sesekali karena kami kuliah di kota yang berbeda, hal tersebut cukup membantuku. Aku merasa senang ketika dia juga melakukan hal yang sama. Terlepas dari sifatnya yang konyol, dia adalah seseorang yang perasa dan tulus.

Beberapa hari yang lalu, aku dan temanku yang juga kuliah di Jogja pergi ke Surabaya selama dua hari. Kami menghadiri wisuda si teman extrovert. Wisudawan pertama di antara kami berlima. Rasanya sangat bangga melihat teman yang kami kenal sejak SMA kini sudah berhasil menyelesaikan kuliahnya. Itu artinya kami juga sudah berteman cukup lama. Setelah itu, kami berempat jalan-jalan ke Jogja. Kami pergi dari ujung ke ujung; kaki Gunung Merapi, pantai yang menghabiskan waktu 3 jam perjalanan pulang-pergi, bermain kano hingga kelelahan, duduk santai di sabana menceritakan life update masing-masing sambil menyaksikan matahari terbenam yang sangat cantik, makan di cafe tengah kota, sampai melalui jalanan sepi dengan pemandangan yang sangat memukau. Hanya berlangsung selama 4 hari, tidak lengkap berlima, dan banyak kesialan yang terjadi, namun perjalanan singkat kami itu membuat hatiku merasa sangat hangat dan penuh. Aku bahagia! Bahkan saking bahagianya, satu hari setelah kepulangan mereka ke kota masing-masing, aku menangis saat sedang di perjalanan pulang dari kos temanku. Tiba-tiba merasa berterima kasih kepada kedua orang tuaku yang telah melahirkan dan membesarkanku dengan baik sehingga aku bisa mengalami hal-hal baik dalam hidup, salah satunya berteman dengan mereka berempat. Semoga akan selalu ada kesempatan lain di masa depan untuk kami bisa kembali berpergian bersama dengan lengkap.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

September 2002: Dunia Menyambut Kelahirannya

Am I Good Enough?