Menutup Bab Akhir Cerita


Setengah tahun, waktu yang cukup singkat untukku yang berharap suatu hubungan bisa bertahan selamanya. Dalam periode yang singkat itu, ada begitu banyak hal yang terasa baru untukku. Rasanya seperti kembali mempelajari diriku sendiri dan manusia lain. Sebuah tugas yang menurutku sama sekali tidak mudah. Satu hal lain yang baru kuketahui ialah jatuh cinta terkadang bisa membuat seseorang menjadi cukup altruistik. Mementingkan orang yang dicintainya di atas dirinya sendiri. Aku bukan seorang ahli yang punya pemahaman tentang hal ini. Namun, barangkali itu juga salah satu bentuk cinta. Ketika porsinya sudah terlalu berlebihan, aku baru menyadari (atau baru berani untuk mengakuinya?) kalau aku sudah meninggalkan diriku sendiri terlalu jauh di belakang.

Kami mengakhirinya pada malam menjelang pagi. Ketika aku terbangun keesokan harinya, rasanya seperti sedang bermimpi. Semua percakapan yang terjadi semalam tidak terasa nyata. Aku baru menangis beberapa saat setelahnya. Rasa sakit dan hampanya.. aku tidak bisa mendeskripsikannya dengan kata-kata. Cukup membuatku tidak ingin lagi merasakan hal yang sama. Sebelum memulai semua ini, aku pernah merasa takut akan tidak menyukai Jogja jika semuanya berakhir. Tapi, waktuku di sini masih banyak. Cukup banyak untuk membuat cerita-cerita baru yang tidak kalah mengesankan. Seseorang pernah berkata padaku, "Kalau itu sampai terjadi (berakhir), kamu akan sedih. Tapi, kamu akan baik-baik saja." Dia benar. Aku belum sepenuhnya baik-baik saja, tapi aku sudah jauh lebih baik sehingga sanggup untuk menulis semua ini sekarang. Kalimat yang terus kurapal berulang kali bagai mantra untuk menguatkanku: "This too shall pass. I'll be fine." Lagi-lagi aku sangat ingin memberikan pelukan yang panjang untuk diriku karena sudah berhasil melewati hari-hari yang berat itu dan berusaha terlihat baik-baik saja di depan orang lain. Seperti tidak terjadi apa-apa. Tentu saja berkat bantuan teman-temanku juga. Aku tidak tahu apa yang telah Tuhan rencanakan untukku ke depannya, aku hanya akan mengikuti alur yang ada dan percaya bahwa takdir-takdir yang lebih baik sedang menantiku di depan sana.

Aku tidak berniat menjadikan ini sebagai surat perpisahan, tetapi kurasa perlu untuk disampaikan. Maaf dan terima kasih untuk semuanya. Terima kasih sudah menjadi bagian dari ceritaku di sini. Mungkin kita memang dipertemukan garis takdir bukan untuk menjadi tujuan akhir dari cerita masing-masing, tapi aku tidak menyesal telah mengenalmu. Semoga kebahagiaan menyertai kita, di jalan yang berbeda. Aku akan terbang dengan sayapku sendiri, kuharap kamu pun juga. Baik-baik, ya?

Dan, kita telah tiba di penghujung cerita. Aku akan menutupnya dengan hati yang lapang. Hati-hati di jalan, semoga sampai di tujuan.

Komentar

  1. Peluk jauh💖🌻 mungkin gak bener bilang kalau ini indah, ya. Tapi semoga suatu hari saat di baca kembali bisa berubah jadi kenangan yang baik

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memori Baik dari Masa Putih Abu-Abu

September 2002: Dunia Menyambut Kelahirannya

Am I Good Enough?