Sebuah Dinding Bernama Gengsi

Aku tidak pernah mengucapkan selamat ulang tahun kepada ayahku. Rasanya terlalu malu dan gengsi untuk mengatakannya. Aku juga tidak terbiasa untuk mengucapkan tiga kata paling krusial: tolong, maaf, dan terima kasih, kepada keluargaku. Bahkan, setiap Idul Fitri aku hanya menyalimi mereka. Aku juga pernah melihat mamaku menangis ketika sedang sholat beberapa kali. Rasanya sangat ingin memeluknya, tetapi karena tidak terbiasa, aku hanya berpura-pura memainkan ponselku sambil melihat beliau menangis diam-diam.

Entah sejak kapan gengsiku menjadi setinggi ini terhadap keluargaku, terutama ayahku. Padahal, waktu kecil aku cenderung lebih dekat dengan ayahku. Beliau lah yang mengajariku menggambar dan menyuapiku sambil aku bermain dengan teman-teman.  Tahun 2019 lalu, akhirnya aku memberanikan diri membelikan Al-Qur’an berukuran cukup besar sebagai hadiah ulang tahun untuk ayahku. Karena masih merasa gengsi, aku hanya meletakannya di atas lemari agar ayahku melihatnya keesokan pagi.

Ayahku tidak pernah mengatakan secara langsung bahwa beliau menyayangiku, tapi tindakan-tindakan kecilnya sering kali sudah menggambarkan itu semua. Kebiasaannya yang selalu menawariku lebih dulu jika ada makanan karena tahu aku sangat suka makan, ayahku yang terus menonton film pendek karyaku di youtube, ayahku yang akhirnya mau divaksin karena ingin mengantarku ke Jogja, dan banyak lainnya. Benar apa yang dikatakan Haemin Sunim pada bukunya ‘Love for Imperfect Things’: Orang-orang cenderung memiliki perasaan yang lebih sulit dan rumit dalam hubungan mereka dengan ayah dibandingkan hubungan dengan ibu.

Aku tidak bisa membayangkan kesedihan yang akan aku rasakan apabila kedua orang tuaku tiada. Karena jika itu terjadi, aku tidak hanya kehilangan sosok orang tua, tetapi juga kehilangan sebagian dari diriku. Selain itu, perasaan menyesal yang mendalam akan sangat menghantuiku. Aku sangat ingin meminta maaf, berterima kasih, dan mengatakan bahwa aku sangat menyayangi mereka sebelum salah satu dari kami tiada. Kuharap keduanya diberi umur panjang. Aamiin.

Komentar

  1. Biasanya anak perempuan tuh pas kecil emang anak bapaknya banget, ya hehe. Mungkin karena budayanya kita yang bikin ngungkapin rasa sayang gak segampang kayak anak-anak di film2 barat wkwkw tapi gapapa bikin seneng banget juga liat sikap2 kecil yg sebenarnya nunjukin sayang

    BalasHapus
    Balasan
    1. sayangnya terhalang gengsi setinggi langit😔

      Hapus
  2. Takut jadi dewasa, tapi jadi dewasa itu bisa dibilang juga jadi salah satu jalan buat bales kebaikan orang tua😭

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

September 2002: Dunia Menyambut Kelahirannya

Memori Baik dari Masa Putih Abu-Abu

Am I Good Enough?